Welcome

Selamat datang di blog Aulia Jannah. Kunjungi juga Blog saya di “www.belanjanbisniswithaulia.blogspot.com"

STAIN Samarinda is the Best

Minggu, 27 Maret 2011

Mendidik Anak dalam Islam

Tugas kedua entri artikel PAI3 27 Maret 2011


"Mendidik Anak dalam Islam"
Anak adalah sebuah anugerah yang diberikan oleh Allah kepada orang tua sebagai amanah dari-Nya untuk dijaga sebaik mungkin. Semua orangtua pasti menginginkan anaknya menjadi orang yang bermoral perilaku baik, sukses serta hidup bahagia di dunia dan akhirat. Orangtua sendiri kadang-kadang tak yakin benar bagaimana harus mendidik anak-anaknya.
Mendidik anak memang tak dapat dilakukan sembarangan.
Sebagai patokan, orangtua dapat berpegangan pada pola pendidikan anak dalam Islam.



Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci. Putih bersih seperti kertas yang paling putih dan paling bersih. Orangtualah yang akan memberi warna, tulisan, gambar, dan sebagainya. Dengan kata lain, pendidikan yang diberikan oleh orang tua yang akan membentuk si anak. Pendidikan anak dalam Islam telah memberikan petunjuk yang jelas tentang ini.



Tanggung Jawab Orang Tua
Mendidik anak sesuai dengan prinsip-prinsip pendidikan anak dalam Islam merupakan kewajiban dan tanggung jawab para orangtua muslim.
Berikut hal-hal yang harus dilakukan oleh para orangtua muslim dalam mendidik anak-anaknya:
• Memberi Nama yang Baik

Nama adalah doa yang diberikan oleh orangtua pada anaknya. Memberikan nama yang buruk sama saja dengan mendoakan keburukan bagi si anak.
• Mengajarkan Shalat


Shalat adalah tiang agama. Jika shalat didirikan benar, maka benarlah perkara yang lain. Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda, “Perintahkan anak-anakmu untuk melaksanakan shalat ketika berumur tujuh tahun dan pukullah mereka untuk melakukan shalat ketika berumur sepuluh tahun, serta pisahkan masing-masing tempat tidur mereka (anak laki-laki dan perempuan.” (HR. Ahmad)
Tafsir dari ‘pukulan’ tersebut disesuaian dengan situasi dimana kita hidup. Pertama, pukulan tersebut bukan termasuk siksaan, tapi bersifat ‘didikan’ semata. Kedua, pukulan itu tidak selamanya diartikan dengan pukulan fisik. Melainkan pukulan Psykologis atau kejiwaan. Misalnya anak kita senang piknik, ketika anak tidak melakukan kewajiban agama, maka kegiatan piknik ditunda.
Bila mereka telah bisa menjaga ketertiban dalam shalat, maka ajak pula mereka untuk menghadiri shalat berjama’ah di masjid. Dengan melatih mereka dari dini, insya Allah ketika dewasa, mereka sudah terbiasa dengan ibadah-ibadah tersebut.
• Mengajarkan AlQuran

Anak-anak harus diajarkan mengenal dan membaca Al Quran sejak dini, bahkan sejak di dalam kandungan. Jika musik klasik ciptaan Mozart saja diyakini bisa menstimulasi bayi dalam kandungan, apalagi lantunan ayat-ayat suci yang diciptakan oleh Allah.
• Menyayangi Anak





Nabi Muhammad Saw adalah sosok yang sangat menyayangi anak-anak. Dalam sebuah hadis diriwayatkan bahwa ketika Rasulullah Saw mengunjungi rumah seorang Anshar, sekelompok anak datang menghampiri beliau. Maka Rasulullah pun memanggil mereka, mengelus-elus kepala mereka, dan mengucapkan salam untuk mereka. (HR. Ahmad)
• Berbicara baik dan lemah-lembut

Anak adalah peniru ulung. Orangtua yang kerap berkata kasar, meremehkan, atau mengancam tak hanya membuat anak menjadi tak dekat pada orangtuanya namun juga akan meniru hal tersebut.
• Berlaku adil

Perlakuan tak adil orangtua pada anak-anaknya dapat menimbulkan kesulitan di kemudian hari. Kesulitan-kesulitan yang dialami oleh Nabi Yusuf di masa mudanya tak lepas dari perlakuan ayahnya, Nabi Yaqub, yang menyayanginya dan Benyamin lebih daripada menyayangi anak-anak yang lain. Anak-anak lain yang merasa diperlakukan tidak adil pun selalu mencari akal untuk mencelakakan Nabi Yusuf.
• Mengajarkan Kejujuran

Orangtua selalu meminta anak-anak berkata jujur, tetapi orangtua sendiri sering berbohong. Berbohong ini bisa terjadi karena ketidaktahuan orangtua atau karena kesengajaan. Karena ketidaktahuan, misalnya jika anak bertanya, “Kapan aku sembuh?” orangtua menjawab, “Besok”. Ternyata keesokan harinya ia belum sembuh. Orangtua mungkin bermaksud menghibur dan bukan berbohong, tapi justru kesan berbohong itulah yang ditangkap oleh anak.
• Memberikan Pendidikan yang Baik

Selain pendidikan di rumah, orangtua pun perlu memilihkan sekolah yang baik dan sesuai dengan akidah. Sebuah gejala yang mengkhawatirkan, sekarang banyak orangtua muslim menyerahkan pendidikan anak-anaknya yang masih berusia dini kepada lembaga-lembaga pendidikan yang tak sesuai akidah Islam. Rasulullah bersabda, “Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah (Islam) dan kedua orangtuanya lah yang menjadikannya Majusi, Nasrani, atau Yahudi.” (HR. Bukhari)
• Mencarikan Pasangan Hidup (jodoh) yang Baik

Memiliki pasangan hidup yang baik berarti merupakan awal yang baik untuk menerapkan pola pendidikan anak dalam Islam bagi anak-anak yang akan lahir dari sebuah pernikahan.
• Mengajarkan Al-Quran, Hadits serta Doa dan Dzikir yang Ringan kepada Anak-anak
Dimulai dengan surat Al-Fathihah dan surat-surat yang pendek serta doa tahiyat untuk shalat. Dan menyediakan guru khusus bagi mereka yang mengajari tajwid, menghapal Al-Quran serta hadits. Begitu pula dengan doa dan dzikir sehari-hari. Hendaknya mereka mulai menghapalkannya, seperti doa ketika makan, keluar masuk WC dan lain-lain.
• Mendidik Anak dengan Berbagai Adab dan Akhlaq yang Mulia
Ajarilah anak dengan berbagai adab Islami seperti makan dengan tangan kanan, mengucapkan basmalah sebelum makan, menjaga kebersihan, mengucapkan salam, dll. Begitu pula dengan akhlak. Tanamkan kepada mereka akhlaq-akhlaq mulia seperti berkata dan bersikap jujur, berbakti kepada orang tua, dermawan, menghormati yang lebih tua dan sayang kepada yang lebih muda, serta beragam akhlaq lainnya.
• Membiasakan Anak dengan Pakaian yang Syar’i


Hendaknya anak-anak dibiasakan menggunakan pakaian sesuai dengan jenis kelaminnya. Anak laki-laki menggunakan pakaian laki-laki dan anak perempuan menggunakan pakaian perempuan. Jauhkan anak-anak dari model-model pakaian barat yang tidak syar’i, bahkan ketat dan menunjukkan aurat.
Tentang hal ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang meniru sebuah kaum, maka dia termasuk mereka.” (Shahih, HR. Abu Daud)
Untuk anak-anak perempuan, biasakanlah agar mereka mengenakan kerudung penutup kepala sehingga ketika dewasa mereka akan mudah untuk mengenakan jilbab yang syar’i.
Pendidikan anak dalam Islam, menurut Sahabat Ali bin Abi Thalib ra, dapat dibagi menjadi 3 tahapan/ penggolongan usia:
1. Tahap BERMAIN (“la-ibuhum”/ajaklah mereka bermain), dari lahir sampai kira-kira 7 tahun.
2. Tahap PENANAMAN DISIPLIN (“addibuhum”/ajarilah mereka adab) dari kira-kira 7 tahun sampai 14 tahun.
3. Tahap KEMITRAAN (“roofiquhum”/jadikanlah mereka sebagai sahabat) kira-kira mulai 14 tahun ke atas.
Ketiga tahapan pendidikan ini mempunyai karakteristik pendekatan yang berbeda sesuai dengan perkembangan kepribadian anak yang sehat.
Dengan demikian, begitulah kita coba memperlakukan mereka sesuai dengan sifat-sifatnya dan tahapan hidupnya.
Sumber:
www.anakmuslim.wordpress.com
www.salmanjogja.wordpress.com
www.eramuslim.com

1 komentar:

  1. perilaku amanah memang sangat penting untuk semua umat muslim yang ada didunia ini

    BalasHapus

Assalamualaikum Wr. Wb.